Bahan Organik
MATA KULIAH KESEHATAN DAN KESUBURAN
TANAH
“BAHAN ORGANIK”
Oleh :
EUIS DAHLIA
( 1531132500150010 )
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
Pengertian Bahan Organik
Banyak peneliti memberikan definisi tentang bahan organik yang
dituangkan pada berbagai pustaka. Salah satu di antaranya adalah yang
menyatakan bahwa bahan organik tanah didefenisikan sebagai semua bahan organik
di dalam tanah baik yang telah mati maupun yang masih hidup, yang dapat terdiri
dari sisa tanaman berupa serasah, biomasa mikroba dan humus (Stevenson, 1994).
Organisme hidup (biomasa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total
bahan organik. Selanjutnya Tan (2005) menjelaskan bahwa bahan organik tanah
merupakan kombinasi yang terdiri dari berbagai komponen seperti komponen yang
berasal dari binatang dan tumbuhan. Komponenkomponen tersebut telah mengalami
perubahan sampai pada tingkat tertentu tidak lagi memiliki susunan yang sama
seperti bentuk dan atau struktur aslinya. Komponen binatang dan tumbuhan yang
telah mengalami perubahan tersebut dapat terdiri dari mineral humus dan non
humus. Bahwa mineral non humus merupakan hasil dari metabolisme organisme yang
didalamnya mengandung berbagai komponen seperti karbohidrat, asam amino dan
lipid.
Bahan organik adalah bagian dari tanah
yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa
tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan
kimia (Kononova, 1961). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di
dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan karbon dalam tanah mencerminkan
kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan tolak ukur yang penting
untuk pengelolaan tanah. Bahkan bahan organik dipercaya sebagai kunci ketahanan
terhadap kekeringan dan kelestarian produksi pangan (Bot dan Benites, 2005).
Dekomposisi Bahan
Organik dalam Tanah
Siklus unsur-unsur pada sistem pertanian
merupakan prinsif utama pada sistem pertanian organik, yang berbasis pada 3
pilar, yaitu: (1) menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah dengan memanfaatkan
limbah pertanian; (2) pengabaian pupuk dan pestisida sintetis; (3) mengurangi
penanaman tanaman pangan yang boros energi. Pertanian organik sangat tergantung
kepada proses transformasi hara, maka kualitas tanah adalah faktor penting bagi
produksi pertanian Bila material tanaman dan organisme yang telah mati
ditambahkan ke dalam tanah, berlangsung serangkaian kejadian kompleks yang
berpengaruh kuat pada sifat-sifat tanah dan kesuburan tanah. Organisme heteromorfik
di dalam tanah menghancurkan sisa-sisa tanaman dan binatang, dan menggunakan
komponen organik sebagai sumber makanan. Selama proses dekomposisi dan
pencernaan komponen organik, ekskresi yang dihasilkan selanjutnya menjadi
makanan bagi organisme lainnya. Ketika organisme yang terlibat dalam
dekomposisi mati, mereka juga menjadi sumber makanan dan ditambahkan pada
cadangan makanan. Melalui proses dekomposisi, pada kondisi aerobik campuran
karbon inorganik dipecah dan dilepas dalam bentuk CO2 (McLaren dan Cameron,
1996). Sisa-sisa tanaman seperti serasah, ranting, potongan akar dan eksudat
adalah sumber paling penting bagi bahan organik tanah. Sisa-sisa sistem
perakaran tanaman menyumbang antara 60-70% dari input karbon. Sistem perakaran
meliputi asam amino terlarut, asam organik, karbohidrat, dan material tidak
larut seperti sel-sel yang tidak mudah pecah
Faktor
yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah :
1.
Temperatur
2.Tekstur
tanah
3.
Reaksi tanah
4.
Input Bahan Organik
5.
Pengolahan Tanah
Bahan
organik tanah terdiri dari dua komponen utama (1) komponen inert atau yang
tahan terhadap mineralisasi; tergantung pada tipe tanah, iklim, riwayat
penggunan lahan dan posisi bentang lahan; (2) fraksi labil atau aktif yang
tergantung pada pengelolaan tanah. Perubahan pool karbon bahan organik karena
perubahan penggunaan lahan dan pengelolaan terutama karena perubahan di fraksi
labil. Ada korelasi erat antara konsentrasi fraksi labil karbon organik tanah
dan kualitas tanah, terutama di tanah miskin wilayah tropika dan subtropika,
yang karbon organiknya 60-80% telah hilang karena pertanian subsisten (Lal,
2006).
Peranan bahan
organik
Kandungan bahan organik (karbon organik)
dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada kualitas tanah tersebut dan sustainabilitas agronomi karena
pengaruhnya pada indikator fisik, kimia dan biologi dari kualitas tanah . Bahan
organik di wilayah tropika berperanan menyediakan unsur hara N, P, dan S yang
dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah
masam, menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi fiksasi oleh radikal organik,
membantu memantapkan agregat tanah, memodifikasi retensi air, dan membentuk
komplek dengan unsur mikro (Sanchez, 1976). Meskipun kandungan bahan organik
kebanyakan tanah hanya berkisar 2-10%, peranannya sangat penting (Bot dan
Benites, 2005).
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap
sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam
tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah,
antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):
1.
Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur
hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan
unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri
penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi
dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona
perakaran.
2.
Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.
Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.
Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.
Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah
6.
Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.
Meningkatkan suhu tanah
8.
Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.
Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.
Bahan organik dalam tanah terstabilkan
oleh berbagai proses yang kompleks yang menghalangi dekomposisi termasuk selain
karena kualitas senyawa organik, kondisi tanah juga kondisi biologi
mikroorganisma. Sifat senyawa termasuk rekalsitran dari molekul organik yang
tahan terhadap degradasi oleh mikroorganisma dan enzim, stabilisasi secara
kimia karena berbagai interaksi molekul organik, kondensasi permukaan atau
serapan, sehingga mengurangi ketersedian substrat molekul organik dan proteksi
secara fisik dari substrat organik oleh dekomposesr karena oklusi substrat
dalam agregat. Dalam hal biologi ini termasuk proses biotik yaitu produksi
exo-enzim, penghancuran mekanis bahan organik, bioturbasi massa tanah, fiksasi
C ke dalam sel hidup. Selain itu juga proses ekologis termasuk kebutuhan energi
sel mengendalikan dekomposisi, hilang karena difusi menghalangi pertumbuhan dan
mencegah terbentuknya koloni baru yang akhirnya terhalang atau dapat tepat
untuk mineralisai bahan organik tanah (Ekschmitt, 2005).
Di beberapa tanah peningkatan hasil
tanaman budidaya karena peningkatan kandungan bahan organik tanah terutama
berkaitan dengan peningkatan fraksi labil, batas kritis dari kandungan total
karbon tanah yang dibawah level tersebut hasilnya menurun hingga 20% adalah
1,1% untuk kebanyakan tanah tropika (Aune and Lal, 1997 dalam Lal, 2006)
sedangkan untuk wilayah temperate adalah 2,0 % (Kemper and Koch, 1966;
Greenland et al., 1975; Loveland and Webb, 2003 dalam Lal, 2006). Peningkatan
bahan organik tanah dari tanah yang terdegradasi akan meningkatkan hasil
tanaman budidaya karena tiga mekanisme yaitu (1) peningkatan kapasitas air
tersedia, (2) peningkatan suplai unsur hara, dan (3) peningkatan struktur tanah
tanah dan sifat fisik lainnya. Ada hubungan erat antara peningkatan bahan
organik dan kapasitas air tersedia dan kemampuan tanah untuk bertahan pada
kekeringan, tanah, yaitu dengan meningkatnya kandungan air tanah dengan
meningkatnya karbon organik. Secara umum kandungan air tanah tersedia meningkat
antara 1 -10 g untuk setiap peningkatan 1 g kandungan bahan organik tanah.
Peningkatannya mungkin kecil tetapi hal ini cukup untuk membantu pertumbuhan
crop di antara periode hujan 5-10 hari. Peningkatan karbon organik tanah
sebesar 1Mg per hektar per tahun dapat meningkatkan produksi biji-bijian pangan
32 juta Mg per hektar per tahun di negara sedang berkembang (Lal, 2006).
Dalam hal kaitannya dengan unsur hara pada
dasarnya bahan organik mengandung unsur hara yang lengkap, hanya kadarnya tergantung
pada kandungan hara dari sumber bahan organiknya. Unsur hara yang bahan organik
berkorelasi erat dengan total N, Ca, jumlah basa dan KTK tanah (Supriyadi,
2008). Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik bahan organik tanah tidak saja
berpengaruh pada kandungan N dan basa-basa tetapi juga berpengaruh pada
kemampuan tanah untuk menahan dan melepaskan unsur hara yang berupa kation.
Mengingat pentingnya peran yang dimainkan bahan organik sudah semestinya
keberadaannya dijadikan dasar dalam pengelolaan tanah di Madura. penting yang
bersumber dari bahan ini adalah N,P, dan S (Sanchez, 1976).
DAFTAR PUSTAKA
Bot, A. and J. Benites, 2005. The
importance of soil organic matter Key to drought-resistant soil and sustained
food and production. FAO Soils Bulletin 80 Rome.
Ekschmitt, K., M. Liu, S. Vetter, O. Fox,
and V. Wolters, 2005. Strategies used by soil biota to overome soil organic
matter stability — why is dead organic matter left over in the soil? Geoderma
128; 167–176.
Lal, R., 2006. Enhancing crop yields in
the developing countries through restoration of the soil organic carbon pool in
agricultural lands.
McLaren, R.G & Cameron, R.C. 1996.
Soil Science. Sustainable Production and Environmental Protection.Oxford
University Press. Second Edition.
Nardi, S., F. Morari, A. Berti, M. Tosoni,
and L. Giardini, 2004.Soil organic matter properties after 40 years of
different use of organic and mineral fertilisers. Europ. J. Agronomy 21;357–367
Sanchez, P.A., 1976. Properties and
Management of Soils in the Tropics. A Wiley-Interscience Publication. John
Wiley and Sons. New York.
Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry:
Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Supriyadi,S. 2008. Kesuburan tanah lahan
kering madura. Embryo 5;2;124-131.
Tan, K.H.1995. Dasar Dasar Kimia Tanah.
Terjemahan D.H Goenadi dan B.Radjagukguk. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar